Minggu, 05 Januari 2014

SEJARAH PELEDAKAN



Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina zaman Dinasti  Sung terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam yang dikenal dengan nama black powder. Pada tahun 668, black powder tersebut digunakan sebagai greek fire dalam kegiatan perang antara Jerman dan Perancis untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Saat memasuki era revolusi industri, seorang penulias arab Abdullah mencatat penggunaan saltpeter sebagai bahan utama black powder. Pada tahun 1242, Roger Bacon telah menulis formula dari black powder. Kemudian di tahun 1300, Berthold Schwarz  juga menulis tentang black powder sebagai senjata api dan di tahun 1380 Franciscan Monk dan Berthold Schwarz mengembangkan mesiu dalam penggunaan senapan. Tiga abad kemudian sekitar tahun 1627, Kasper Weindl  untuk pertama kalinya  black powder digunakan pada operasi penambangan di Hungaria. Lalu di tahun 1670, penggunaan black powder juga dipakai penambang jerman untuk menambang tambang emas di Cornwall, Inggris. Kemudian di tahun   1675, Amerika membangun pabrik black powder di Massachusetts. Selanjutnya Inggris di tahun 1689 menggunakan bahan ini untuk  penambangan timah. Begitu juga dengan Switzeland menggunakannya untuk konstruksi jalan pada tahun 1696 sedangkan di Amerika pada 1705  digunakan untuk penambangan tembaga. Sekitar 30 tahun kemudian di tahun 1749, penambang hungaria mengenal tipe bor chisel hingga akhirnya berkat penemuan alat bor ini di tahun 1773 bangsa Amerika pun menggunakannya untuk melakukan kegiatan penambangan sekaligus peledakan memakai black powder untuk membuka pertambangan timah di connecticut.
Sekitar pertengahan tahun 1818-1821, black powder digunakan sebagai bahan peledak untuk membuat konstruksi terowongan di pennsylvania. Di tahun 1831, William Bickford membuat safety fuse untuk kegiatan peledakan. Di tahun 1846, Ascanio Sobrero menemukan formula nitrolgiserin sebagai pemicu bahan-bahan peledak ketika bereaksi dengan tekanan dan suhu yang panas. Lalu di tahun 1849, Jonathan Court mematenkan bor sistem  percussion  untuk pertama kalinya dan akhirnya TNT atau trinitrotoluene oleh Wildbrand di tahun 1863. Setahun setelah penemuan TNT, orang-orang ramai mencoba meneliti dan mengembangkan kegiatan di industri bahan peledak karena memberikan untung yang besar dalam dunia bisnis hingga seorang fisikawan bernama Alfred Nobel mengembangakan teknik peledakan dengan detonator yang mana hasil percobaannya tersebut berhasil menciptakan dinamit dicampur dengan kieselguhr dan nitrogycerine di tahun 1866. Untuk pertama kalinya di tahun 1869 digunakan diamond drills untuk peledakan lubang ledak. Saat penggunaan diamond drills tersebut industri pertambangan mulai ramai di kawasan benua eropa dan memasuki sebagian daratan benua Amerika. Pendapatan devisa negara sangat bergantung pada kegiatan penambangan pada saat itu hingga di tahun 1875 Alfred Nobel mematenkan gelatine sebagai bahan peledak untuk mendukung kinerja diamond drills dalam efektifitas kegiatan pemboran dan peledakan. Di tahun 1884, ammonium nitrate menjadi bahan peledak terpopuler untuk kegiatan peledakan karena memiliki daya ledak yang tinggi. Kurang lebih 13 tahun setelah itu, di tahun 1888 Alfred Nobel kembali menemukan ballistite yaitu bubuk peledak tidak berasap dan menjadikannya ilmuan tersukses pada waktu tersebut.
Kegiatan industri pertambangan mulai merajalela di kawasan eropa ketika ditemukannya kembali teknologi untuk peledakan yaitu adanya kabel detonator di tahun 1902. Dengan adanya penemuan tersebut di tahun 1908, Lembaga Survei Geologi Amerika mulai melakukan tes untuk menguji bahan peledak untuk tambang batubara bawah tanah. Hasil tersebut memberikan efek yang sangat besar bagi dunia pada waktu itu. Sangat disayangkan di tahun 1917 meletuslah  perang dunia I yang menghabiskan sebanyak kurang lebih 115.000 ton black powder dan akhirnya  pada pemakaian black powder berkurang dan banyak pabrik  tutup selanjutnya bahan  ini jarang digunakan dalam dunia pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
Walaupun dalam suasana perang dunia, kegiatan pertambangan sangat diminati oleh orang-orang eropa dan amerika pada waktu itu dan tak jarang Institut Pendidikan mulai menerapkan pengetahuan Teknik Peledakan salah satunya di IME di tahun 1926. Banyak sarjana peledakan yang terlahir dari Institut ini dan menghasilkan penemuan baru di industri pertambangan yang mana salah satunya pada tahun 1928 kembali ditemukan lagi penggunaan mata bor yang dapat dilepas di Anaconda Copper Mine, Botte, dan Montana. Diawal tahun 1930 ditemukan jackleg drill dan saat itu perizinan pengiriman dinamit ke luar negeri sudah sangat diperbolehkan mengingat pentingnya kegiatan penambangan pada saat itu. Di tahun 1933, Roller Cote Bits digunakan pada kegiatan pemboran dan peledakan menggunakan dinamit pada pertambangan minyak di kawasan eropa. Di tahun 1946, IME mengenalkan tingkatan asap kepada dunia pada peledakan tambang bawah tanah dengan menggunakan delay milisecond. Pada tahun 1956, penggunaan ANFO mulai dipatenkan oleh perusahaan U.S Steel Corp”s  Oliver Mining Division. Kemudian di tahun 1967 penggunaan nonel dan emulsi pada kegiatan peledakan mulai diterapkan di Swedia. Selanjutnya dari tahun ke tahun teknologi semakin canggih dan di tahun 1980-an sampai sekarang penggunaan komputer memiliki peran yang begitu besar untuk ketepatan perhitungan peledakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar