Bahan
peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina zaman
Dinasti Sung terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam yang dikenal dengan nama black powder. Pada
tahun 668, black powder tersebut
digunakan sebagai greek fire dalam
kegiatan perang antara Jerman dan Perancis untuk memperebutkan daerah
kekuasaan. Saat memasuki era revolusi industri, seorang penulias arab Abdullah
mencatat penggunaan saltpeter sebagai
bahan utama black powder. Pada tahun 1242, Roger Bacon telah menulis formula dari black powder. Kemudian
di tahun 1300, Berthold
Schwarz juga menulis tentang black powder sebagai senjata api dan di tahun 1380 Franciscan Monk dan Berthold Schwarz mengembangkan mesiu dalam penggunaan senapan. Tiga abad kemudian sekitar
tahun 1627, Kasper
Weindl untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi
penambangan di Hungaria. Lalu di tahun 1670, penggunaan black powder juga dipakai penambang
jerman untuk menambang tambang emas di Cornwall, Inggris. Kemudian di tahun 1675, Amerika
membangun pabrik black
powder di
Massachusetts. Selanjutnya Inggris di tahun 1689 menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu juga
dengan Switzeland menggunakannya untuk konstruksi jalan pada
tahun 1696 sedangkan di
Amerika pada 1705 digunakan untuk penambangan tembaga. Sekitar 30 tahun kemudian di tahun 1749, penambang hungaria mengenal tipe
bor chisel hingga akhirnya berkat
penemuan alat bor ini di tahun 1773 bangsa Amerika pun menggunakannya untuk
melakukan kegiatan penambangan sekaligus peledakan memakai black powder untuk membuka pertambangan timah di connecticut.
Sekitar pertengahan tahun 1818-1821, black powder digunakan sebagai bahan
peledak untuk membuat konstruksi terowongan di pennsylvania. Di tahun 1831,
William Bickford membuat safety fuse
untuk kegiatan peledakan. Di tahun 1846, Ascanio Sobrero menemukan formula
nitrolgiserin sebagai pemicu bahan-bahan peledak ketika bereaksi dengan tekanan
dan suhu yang panas. Lalu di tahun 1849, Jonathan Court mematenkan bor
sistem percussion untuk pertama
kalinya dan akhirnya TNT atau trinitrotoluene
oleh Wildbrand di tahun 1863. Setahun setelah penemuan TNT, orang-orang
ramai mencoba meneliti dan mengembangkan kegiatan di industri bahan peledak
karena memberikan untung yang besar dalam dunia bisnis hingga seorang fisikawan
bernama Alfred Nobel mengembangakan teknik peledakan dengan detonator yang mana
hasil percobaannya tersebut berhasil menciptakan dinamit dicampur dengan kieselguhr dan nitrogycerine di tahun 1866. Untuk pertama kalinya di tahun 1869
digunakan diamond drills untuk
peledakan lubang ledak. Saat penggunaan diamond
drills tersebut industri pertambangan mulai ramai di kawasan benua eropa
dan memasuki sebagian daratan benua Amerika. Pendapatan devisa negara sangat
bergantung pada kegiatan penambangan pada saat itu hingga di tahun 1875 Alfred
Nobel mematenkan gelatine sebagai
bahan peledak untuk mendukung kinerja diamond
drills dalam efektifitas kegiatan pemboran dan peledakan. Di tahun 1884, ammonium nitrate menjadi bahan peledak
terpopuler untuk kegiatan peledakan karena memiliki daya ledak yang tinggi.
Kurang lebih 13 tahun setelah itu, di tahun 1888 Alfred Nobel kembali menemukan
ballistite yaitu bubuk peledak tidak
berasap dan menjadikannya ilmuan tersukses pada waktu tersebut.
Kegiatan industri pertambangan mulai merajalela di kawasan eropa ketika
ditemukannya kembali teknologi untuk peledakan yaitu adanya kabel detonator di
tahun 1902. Dengan adanya penemuan tersebut di tahun 1908, Lembaga Survei
Geologi Amerika mulai melakukan tes untuk menguji bahan peledak untuk tambang
batubara bawah tanah. Hasil tersebut memberikan efek yang sangat besar bagi
dunia pada waktu itu. Sangat disayangkan di tahun 1917 meletuslah perang dunia I yang menghabiskan
sebanyak kurang lebih 115.000 ton black
powder dan
akhirnya pada pemakaian black
powder berkurang dan banyak pabrik tutup selanjutnya bahan ini
jarang digunakan dalam dunia pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang
lebih aman dan ekonomis sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai
mesiu (proyektil peluru).
Walaupun
dalam suasana perang dunia, kegiatan pertambangan sangat diminati oleh
orang-orang eropa dan amerika pada waktu itu dan tak jarang Institut Pendidikan
mulai menerapkan pengetahuan Teknik Peledakan salah satunya di IME di tahun
1926. Banyak sarjana peledakan yang terlahir dari Institut ini dan menghasilkan
penemuan baru di industri pertambangan yang mana salah satunya pada tahun 1928
kembali ditemukan lagi penggunaan mata bor yang dapat dilepas di Anaconda Copper Mine, Botte, dan
Montana. Diawal tahun 1930 ditemukan jackleg
drill dan saat itu perizinan pengiriman dinamit ke luar negeri sudah sangat
diperbolehkan mengingat pentingnya kegiatan penambangan pada saat itu. Di tahun
1933, Roller Cote Bits digunakan pada
kegiatan pemboran dan peledakan menggunakan dinamit pada pertambangan minyak di
kawasan eropa. Di tahun 1946, IME mengenalkan tingkatan asap kepada dunia pada
peledakan tambang bawah tanah dengan menggunakan delay milisecond. Pada tahun 1956, penggunaan ANFO mulai
dipatenkan oleh perusahaan U.S Steel
Corp”s Oliver Mining Division.
Kemudian di tahun 1967 penggunaan nonel dan emulsi pada kegiatan peledakan
mulai diterapkan di Swedia. Selanjutnya dari tahun ke tahun teknologi semakin
canggih dan di tahun 1980-an sampai sekarang penggunaan komputer memiliki peran
yang begitu besar untuk ketepatan perhitungan peledakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar